the Goodbaked

Rabu, 07 Juli 2010

sajak-sajak belasan...

Sajak Duabelas

Langit tak pernah curiga. Ia hanya melengkung di atas kita,
di tengahnya matahari-seperti bola mata.
Langit tidak pernah mengawasi langkah kaki kita,
tak pernah risau apakah kita ke selatan atau utara.
Langit suka berkaca pada bola matamu, yang tak letih
Menatapku, yang tak pernah berkejap seolah kawatir ia akan
Meninggalkanmu; di tengah kota yang selalu gelisah membincangkan cuaca
langit tak pernah mendengar keluhmu, “Kenapa ia di sana?”

Sajak Empatbelas

Rasanya aku pernah mengenal jala laba-laba itu. Tidak
di hutan. Semakin rapat di antara penangkal petir pencakar
Langit dan menara mesjid. “Tapi benang-benangnya tak tampak,”
katamu ketika kita berusaha lolos darinya. Seperti sebuah jerit.

Sajak Tujuhbelas

Rambutmu berkibaran di arus angin penghujan,
beberapa percik air tempias di pipimu. Demi Tuhan,
bukan karena itu aku mencintaimu, bukan
karena bajumu yang kusut-tak kaurapikan.

oleh Sapardi Djoko Damono

Tidak ada komentar:

Posting Komentar